Sabtu, 27 April 2013

Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja

Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi

Oleh : Dr.H. Boyke Dian Nugraha,SpOG,MARS.
Ginekolog dan Konsultan Seks
Disampaikan pada seminar kesehatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi (27 April 2013)

A. Pendahuluan

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih , gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbanngan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Daya tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Berbagai kota besar amat menjanjikan kemudahan bagi para kaum mudanya. Diskotik, pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan merupakan ajang pertemuan kaum muda dengan segala pernak-perniknya. Kehidupan yang penuh gejolak ini seringlkali membuat kaum muda kepada “perilaku seks bebas” bahkan “menyimpang”.
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja dimanapun didunia ini. Kehamilan remaja, penguguran kendungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang salah disaat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.

B. Upaya Mengenal Kehidupan Remaja

Akibat matangnya alat kelamin sekunder maka di usia 13–15 tahun pada pria dan diusia 12 – 14 tahun pada wanita, terjadi perubahan fisik dan emosi. Mereka masuk ke dalam suatu masa yaitu masa pubertas. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa muda. Salah satu perubahan terpenting dengan matangnya alat kelamin sekunder tadi mereka mulai tertarik akan lawan jenisnya. Kenikmatan tentang cinta dan seks yang ditawarkan oleh berbagai informasi, baik berupa majalah, tayangan telenovela, film, internet mengakibatkan fantasi-fantasi seks mereka berkembang dengan cepat, dan bagi mereka yang tidak dibekali dengan nilai moral dan agama yang kukuh, fantasi-fantasi seks tersebut ingin disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas maupun perilaku seks pranikah saat mereka pacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun, padahal di usia tersebut mereka masih bersekolah/kuliah sehingga tidak mungkin melakukan pernikahan. Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks mereka yang tinggi dengan melakukan onani ataupun seks pranikah. Penyaluran melalui onani sebenarnya merupakan penyaluran seks yang sehat sebatas tidak berlebihan, namun disayangkan mitos-mitos yang berkembang dimasayarakat begitu menakutkan sehingga kaum muda sering dipojokkan, terutama dengan perasaan dosa saat melakukan onani. Untuk itu pendidikan seks bagi para sisiwa SMP dan SMA sebaiknya diberikan agar mereka sadar bagaimana menjaga agar organ-organ reproduksinya tetap sehat.



C. Berpacaran Yang Sehat dan Bebas Aids

Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. 
Biasanya Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil, baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan, dan alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis yaitu : 
Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain (75%) 
Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%).
Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%) 
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu bahwa janin juga memiliki hak untuk hidup dan mereka pun tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya. 


 Untuk itu hal-hal dibawah ini perlu mendapatkan perhatian:

Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase ‘ketertarikan” maka mualilah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masiing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri. 

2. “No Seks”
Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian . berbeda dengan wanita, keperjakan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak .

3. “Rem Keimanan” 
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya ia pun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu “Say good-bye” sajalah. Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.


Bahaya kehamilan usia muda
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja 
Hancurnya masa depan remaja tersebut
Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta)
Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis ( dukun, tenaga tradisional ) sering mengalami kematian strategis. Perlu diketahui bahwa aborsi dapat dilakukan dengan       
dua macam tindakan, yaitu: 
1.   Aborsi dilakukan sendiri 
2.   Aborsi dilakukan orang lain 

Aborsi dilakukan sendiri 
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin. 
Aborsi dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam. 
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu: 
Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan 
Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan 
Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan 
Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa 
Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku 

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.

Tindakan aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita.. 
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi adalah :
Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 
Resiko gangguan psikologis 

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik 
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: 
Kematian mendadak karena pendarahan hebat 
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 
Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 
Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 
Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 
Kanker hati (Liver Cancer) 
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 

Resiko kesehatan mental 
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. 
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). 
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 
Kehilangan harga diri (82%)
Berteriak-teriak histeris (51%)
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 
Ingin melakukan bunuh diri (28%) 
Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%) 

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.


5. Kiat Sadar Diri
Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran. Untuk itu beberapa tips agar tidak terbuai :
Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat
Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran
Hindari bacaan/film porno atau merangsang sebelum/selama pacaran
Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran

Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut :
Sehat Fisik. 
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar atau pun menendang.
Sehat Emosional. 
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
Sehat Sosial.  
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
Sehat Seksual.  
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga yaitu tidak melakukan hal-hal yang berisiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, apalagi melakukan hubungan seks. 


Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja

Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi

Oleh : Dr.H. Boyke Dian Nugraha,SpOG,MARS.
Ginekolog dan Konsultan Seks
Disampaikan pada seminar kesehatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi (27 April 2013)

A. Pendahuluan

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih , gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbanngan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Daya tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Berbagai kota besar amat menjanjikan kemudahan bagi para kaum mudanya. Diskotik, pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan merupakan ajang pertemuan kaum muda dengan segala pernak-perniknya. Kehidupan yang penuh gejolak ini seringlkali membuat kaum muda kepada “perilaku seks bebas” bahkan “menyimpang”.
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja dimanapun didunia ini. Kehamilan remaja, penguguran kendungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang salah disaat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.

B. Upaya Mengenal Kehidupan Remaja

Akibat matangnya alat kelamin sekunder maka di usia 13–15 tahun pada pria dan diusia 12 – 14 tahun pada wanita, terjadi perubahan fisik dan emosi. Mereka masuk ke dalam suatu masa yaitu masa pubertas. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa muda. Salah satu perubahan terpenting dengan matangnya alat kelamin sekunder tadi mereka mulai tertarik akan lawan jenisnya. Kenikmatan tentang cinta dan seks yang ditawarkan oleh berbagai informasi, baik berupa majalah, tayangan telenovela, film, internet mengakibatkan fantasi-fantasi seks mereka berkembang dengan cepat, dan bagi mereka yang tidak dibekali dengan nilai moral dan agama yang kukuh, fantasi-fantasi seks tersebut ingin disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas maupun perilaku seks pranikah saat mereka pacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun, padahal di usia tersebut mereka masih bersekolah/kuliah sehingga tidak mungkin melakukan pernikahan. Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks mereka yang tinggi dengan melakukan onani ataupun seks pranikah. Penyaluran melalui onani sebenarnya merupakan penyaluran seks yang sehat sebatas tidak berlebihan, namun disayangkan mitos-mitos yang berkembang dimasayarakat begitu menakutkan sehingga kaum muda sering dipojokkan, terutama dengan perasaan dosa saat melakukan onani. Untuk itu pendidikan seks bagi para sisiwa SMP dan SMA sebaiknya diberikan agar mereka sadar bagaimana menjaga agar organ-organ reproduksinya tetap sehat.



C. Berpacaran Yang Sehat dan Bebas Aids

Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. 
Biasanya Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil, baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan, dan alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis yaitu : 
Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain (75%) 
Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%).
Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%) 
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu bahwa janin juga memiliki hak untuk hidup dan mereka pun tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya. 


 Untuk itu hal-hal dibawah ini perlu mendapatkan perhatian:

Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase ‘ketertarikan” maka mualilah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masiing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri. 

2. “No Seks”
Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian . berbeda dengan wanita, keperjakan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak .

3. “Rem Keimanan” 
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya ia pun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu “Say good-bye” sajalah. Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.


Bahaya kehamilan usia muda
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja 
Hancurnya masa depan remaja tersebut
Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta)
Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis ( dukun, tenaga tradisional ) sering mengalami kematian strategis. Perlu diketahui bahwa aborsi dapat dilakukan dengan       
dua macam tindakan, yaitu: 
1.   Aborsi dilakukan sendiri 
2.   Aborsi dilakukan orang lain 

Aborsi dilakukan sendiri 
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin. 
Aborsi dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam. 
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu: 
Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan 
Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan 
Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan 
Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa 
Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku 

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.

Tindakan aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita.. 
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi adalah :
Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 
Resiko gangguan psikologis 

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik 
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: 
Kematian mendadak karena pendarahan hebat 
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 
Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 
Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 
Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 
Kanker hati (Liver Cancer) 
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) 

Resiko kesehatan mental 
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. 
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). 
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 
Kehilangan harga diri (82%)
Berteriak-teriak histeris (51%)
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 
Ingin melakukan bunuh diri (28%) 
Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%) 

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.


5. Kiat Sadar Diri
Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran. Untuk itu beberapa tips agar tidak terbuai :
Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat
Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran
Hindari bacaan/film porno atau merangsang sebelum/selama pacaran
Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran

Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut :
Sehat Fisik. 
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar atau pun menendang.
Sehat Emosional. 
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
Sehat Sosial.  
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
Sehat Seksual.  
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga yaitu tidak melakukan hal-hal yang berisiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, apalagi melakukan hubungan seks.